Puisi Anjani

Minggu, 08 Desember 2013 0 komentar

memori menjelang malam

sejenak melepas pandang jauh pada rona fajar di ufuk timur
menandakan hari kan segera berlalu dengan segenap rantai kehidupan
yang saling bersambut menguatkan memori jiwa dalam peraduan kisah
pada siang yang menghangatkan
mengantarkan ke gerbang cita-cita masa depan
mengingatkan rayuan juang jiwa muda
menggoda insan dalam lena cumbu sang bidadari
di sini batas malam yang kelam
bersandar pada kesunyian malam
dan meniti menghitung mimpi yang akan kuraih
dalam terang cahaya bulan dan bintang kedamaian
entah dengan siapa aku kan bersua dalam kerajaan mimpi
entah bagaimana aku merangkai indah bunga tidurku
sehingga aku lelap dalam memori malam ini
di pembaringan ini kunanti uluran lembut tangan suci
dari sesosok manusia yang bersedia mengarungi hari-hari bersamaku
dan memulai kisah yang mampu menorehkan sejarah dalam kilau cahaya bulan
yang tenang dan lembut membalut gelapnya sang malam
menggores memori singkat lewat dialog sederhana perbincangan hati kita
menikmati persenggamaan rindu yang enggan berlalu
antar insan yang lama tak bersua
nampak jelas kebahagiaan terpancar dari sudut mata yang dibuai asmara
terlalu berat beranjak dari pembaringan memori menjelang malam
melanjutkan kisah hingga akhir nafasku
dan tenggelam tertelan dinginnya malam


menanam rindu pada langit kelabu

perlahan namun pasti ku tanam benih-benih rinduku
pada langit yang kini mulai kelabu
pada mega ku tanamkan rindu yang kini perlahan mulai beku
menyelimuti raga dingin akan terpaan badai lalu
yang kian merasuki jiwa yang hina
berharap tuk mampu lewati kepingan ranjau kekecawaan
dalam derap cacian tiada henti
namun tak jua sua dengan pujaan hati yang telah mati terbunuh rindu
setiap bayang hanya penghiburan yang tak pernah berhenti
menapaki jalan yang mulai suram
berhenti di persimpangan hati


mega nan mendung

sunyi perlahan menyapa menggoda
butiran lara kian menyayat perih
amis darah mengaharumi hembus nafas liar
memperkosa diri yang perlahan mulai mati
dikoyak dendam amurka
meneguk racun benci dan kekhilafan menyelimuti
memeluk semakin mesra,mesra..
dan bias dalam sambut penghianatan

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Cara-Ne